Over 10 years we help companies reach their financial and branding goals. Engitech is a values-driven technology agency dedicated.

Gallery

Contacts

411 University St, Seattle, USA

engitech@oceanthemes.net

+1 -800-456-478-23

Artikel

Yuk, Kenali Fintech Lebih Dalam!

Dulu, kita perlu ke bank kalau ingin mengajukan pinjaman, membayar tagihan online shopping, atau mengirimkan bantuan dana untuk orang lain yang tertimpa musibah. Kini, kegiatan perbankan semakin dipermudah dengan kehadiran layanan financial technology (fintech), yakni layanan keuangan yang dilakukan melalui perangkat berbasis teknologi seperti smartphone dan laptop. Segala macam transaksi dapat Anda lakukan dengan mudah, hanya dengan sentuhan jari.

Layanan fintech yang mudah memang diciptakan untuk memperluas literasi atau pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan. Jika sudah paham, tentu akses masyarakat terhadap produk keuangan pun akan meningkat.

Berdasarkan Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip Bareksa pada Januari 2017, jumlah perusahaan teknologi finansial di Indonesia hingga akhir 2016 mencapai 135 perusahaan, naik tiga kali lipat dibandingkan awal 2016. Di sisi lain, total kebutuhan pembiayaan Indonesia mencapai Rp 1.649 triliun. Sementara kapasitas pembiayaan yang dapat dipenuhi industri keuangan konvensional hanya sekitar Rp 660 triliun, atau sektiar 40% dari kebutuhan masyarakat. Kondisi itu pula yang membuat industri teknologi finansial diprediksi akan berkembang pesat, guna menutup kekosongan yang belum bisa dijangkau industri keuangan konvensional.

Andi Surja Boediman, Managing Partner dan Co-Founder Ideosource melihat, potensi fintech di Indonesia sangat besar. “Industri fintech yang ada di Indonesia masih dalam tahap awal dan belum merefleksikan industri besar yang ada di offline,” ujar Andi kepada tim Awan Tunai. “Saat ini, fintech yang marak baru layanan pinjaman atau multifinance. Padahal layanan finansial ada banyak, mulai dari banking, insurance, multifinance, dan sebagainya.”

Ia juga menganggap, belum ada pelaku asuransi yang serius menggarap online insurance. Kalaupun ada, online insurance hanya sebagai produk pelengkap dari produk yang ditawarkan secara offline oleh perusahaan asuransi. Begitu pula dengan online banking, di mana hanya satu perusahaan yang merilis produk ini. “Saya melihat millennial akan pindah ke online banking. Yang baru serius berpikir ke sana baru satu fintech. Itu adalah arah yang benar,” lanjut Andi.

Bila menilik data Venture Scanner yang dikutip SWA pada April 2016, industri fintech memiliki beberapa jenis fokus bisnis, antara lain pembiayaan (lending), perencanaan keuangan (personal finance), pembayaran (payment), alat UKM (SMB tools), investasi (investment), infrastruktur bank (banking infrastructure), keamanan (security), penggalangan dana (crowdfunding), produk bank konsumer (consumer banking), riset dan data (research and data), serta transfer antarnegara (remittance). Di Indonesia sendiri, jenis fintech yang marak ialah lending, crowdfunding, dan jasa pembayaran.

Ingin tahu karakteristik masing-masing fintech yang ada di Indonesia? Berikut ulasannya.

1. LENDING

Fintech lending dibagi menjadi dua, yakni business to consumer (B2C) lending dan business to business (B2B) lending. Yang termasuk B2C lending misalnya, fintech yang menawarkan kredit tanpa agunan kepada nasabah. Pinjaman dalam B2C lending dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti biaya sekolah, cicilan emas, dana menikah, dana liburan, modal usaha, biaya rumah sakit, dan sebagainya. Sementara untuk B2B lending, ialah fintech yang menawarkan pinjaman kepada pelaku bisnis. Termasuk dalam jenis ini adalah invoice lending: pinjaman kepada pebisnis dengan menjaminkan tagihan yang dimiliki.

Untuk jenis terakhir, contohnya ialah suatu perusahaan A mengantongi pesanan dari perusahaan B untuk mengadakan 10 komputer dengan pembayaran setelah barang diterima. Untuk mengadakan 10 komputer, maka perusahaan A meminjam uang kepada suatu perusahaan fintech dengan menjaminkan tagihan kepada perusahaan B.

Ada pula fintech yang merupakan gabungan B2C dan B2B seperti Awan Tunai, layanan digital loan platform yang menargetkan nasabah perorangan dan perusahaan. Untuk nasabah perusahaan, saat ini Awan Tunai telah bekerja sama dengan Blue Bird dalam hal penyediaan fasilitas cicilan ponsel pintar yang disediakan oleh Awan Tunai bagi karyawan atau pengemudi Blue Bird. Kemudahan memiliki ponsel pintar diharapkan bisa membantu para pengemudi Blue Bird agar lebih produktif menjaring pelanggan, melalui aplikasi transportasi online sepert Go-Car maupun aplikasi Blue Bird.

Fintech lending lainnya yang juga marak tumbuh ialah peer-to-peer (P2P) lending, yakni fintech yang mempertemukan pencari pinjaman dengan penyedia pinjaman. Jenis P2P yang ada di Indonesia ada yang merupakan B2C, ada pula yang merupakan dan B2B.

Menurut Andi, fintech lending memiliki skalabilitas yang luas meskipun marginnya tipis. “B2C lending memiliki risiko lebih besar ketimbang B2B lending, karena B2C lending menyalurkan dana ke banyak orang. Yang akan menang dalam industri ini adalah mereka yang mampu raising fund paling besar dan mampu mengelola risiko paling baik,” tutur Andi.

2. PAYMENT

Jenis fintech yang juga mendominasi pasar Indonesia ialah payment. Saat ini, pasar fintech payment di Indonesia masih didominasi oleh e-wallet yang dipimpin perusahaan trasportasi online beroda dua dengan jumlah pelanggan 10 juta pengguna. E-wallet terbesar kedua ialah layanan yang diselenggarakan oleh bank BUMN terbesar dengan jumlah pelanggan 6 juta pengguna. “Pemain di industri ini haruslah perusahaan skala besar dan harus mengantongi izin dari OJK untuk menghimpun dana masyarakat,” jelas Andi.

Selain e-wallet, yang termasuk dalam fintech payment ialah rekening bersama, disebut juga joint accout atau escrow. Pada umumnya, escrow disediakan oleh perusahaan e-commerce untuk menghindari penipuan.

Jenis payment lain yang tak kalah menjamur ialah sistem pembayaran satu pintu yang dapat melayani berbagai metode pembayaran. Ada pula jenis payment remittance yang diselenggarakan oleh perusahaan telekomunikasi. Biasanya, remitansi ini melayani transfer uang dari pekerja Indonesia yang berdomisili di luar negeri ke sanak saudara di dalam negeri yang tidak memiliki akun bank.

3. CROWDFUNDING

Fintech crowdfunding bertujuan menghimpun dana masyarakat untuk berbagai keperluan, misalnya untuk biaya rumah sakit, sedekah, dana bantuan bencana alam, atau pendanaan suatu proyek. Fintech crowdfunding biasanya memperoleh pendapatan dari sekian persen dana yang dikumpulkan.

Andi berpendapat, agar dapat berkembang pesat, fintech crowdfunding sebaiknya tidak hanya menghimpun dana hanya dari masyarakat lokal di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Lantaran telah banyak lembaga amal yang lebih dulu ada di Tanah Air dan menjadi tantangan industri crowdfunding untuk berkembang di dalam negeri. “Lembaga amal yang besar juga dapat memanfaatkan fintech crowdfunding agar layanannya lebih transparan,” kata dia.

4. PERSONAL FINANCE

Yang termasuk dalam fintech jenis personal finance ialah situs pembanding (comparison site) dan situs edukasi keuangan (financial aggregator). Situs pembanding umumnya menyediakan informasi seputar beberapa produk finansial serupa dari beberapa perusahaan dan membandingkannya. Beberapa situs bahkan juga menjadi saluran penjualan produk finansial, baik produk bank atau asuransi sehingga disebut fintech consumer banking, online banking, atau online insurance.

Fintech comparison site umumnya memperoleh pendapatan dengan sistem pay per lead (PPL) atau pay per sale (PPS). Pada sistem PPL, fintech memperoleh pendapatan ketika berhasil membimbing (lead) calon konsumen ke suatu produk, baik itu berlangganan newsletter, mengisi formulir, atau free trial. Sementara pada sistem PPS, fintech akan memperoleh pendapatan komisi ketika calon konsumen membeli produk finansial yang ditawarkan.

5. RESEARCH AND DATA

Yang termasuk dalam fintech jenis ini ialah situs yang menyediakan data dan analisis seputar produk keuangan, umumnya data pasar modal seperti harga saham, harga reksadana, indeks pasar modal, data komoditas, dan sebagainya. Suatu fintech bahkan menjadi saluran penjualan untuk produk reksadana.

Di masa mendatang, jenis-jenis fintech di Indonesia diyakini akan berkembang seiring dengan banyaknya investasi yang mengalir di industri ini serta meningkatnya pemahaman masyarakat akan produk fintech. Dengan mengetahui beberapa jenis-jenis fintech di atas, semoga Anda juga dapat semakin mudah memanfaatkan layanan keuangan lewat ponsel pintar atau kompyter jinjing.

Ayo, nikmati produk keuangan dengan mudah melalui layanan fintech.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *